Profil kesehatan semarang 2016 pdf free download






















Pada tahun anggaran ini secara maksimal dapat dihasilkan "Profil Kesehatan Indonesia " dan edisi bahasa Inggris, serta "Profil Kesehatan Indonesia ".

Pilihan Bahasa Indonesia English. Hati-hati apabila ada mendapatkan info melalui whatsapp dan lain sebagainya mengatasnamakan Pejabat Kemenkes. Newsletter Buku Pedoman.

Tentang Virus Mers Buku Pedoman. Informasi RS Online. Buletin Infarkes Kumpulan Buku dan Pedoman. Informasi Tenaga Kesehatan.

Kategori Data : Profil Kesehatan Indonesia Profil Kesehatan Indonesia merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Data dan informasi yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Indonesia dapat membantu dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di Indonesia, serta sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.

Kategori Data : Profil Kesehatan Indonesia Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia ini merupakan bagian dari Profil Kesehatan Indonesia yang secara khusus menampilkan data dan informasi berbentuk tabel. Pembiayaan Kesehatan Visi tersebut bermakna bahwa Semarang sebagai kota metropolitan berwawasan lingkungan akan menjadi kota yang handal dan maju dalam perdagangan dan jasa, dengan dukungan infrastruktur yang memadai serta tetap menjadi daerah yang kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dengan dukungan pengembangan bidang politik,keamanan,sosial,ekonomi dan budaya.

Dari definisi HEBAT dikandung pemahaman bahwa Visi tersebut ingin mewujudkan kondisi masyarakat yang semakin sejahtera dalam rangka mencapai keunggulan dan kemuliaan,serta kondisi perkotaan yang semakin kondusif dan modern dengan tetap memperhatikan lingkungan berkelanjutan demi kemajuan perdagangan dan jasa, dan hal ini tidak lepas dari masyarakat yang sehat. Dasar Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan: 1. Perikemanusiaan Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pemberdayaan dan Kemandirian Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan.

Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan.

Warga masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.

Adil dan Merata Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

Pengutamaan dan Manfaat Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Visi dan Misi 1. Visi tersebut mengandung filosofi pokok yaitu Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai.

Perilaku masyarakat kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Disamping itu semua lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Misi Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota Semarang.

Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi pemerintahan, yaitu : 1. Tujuan, dan Sasaran yang Akan Dicapai Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil-guna dan berdaya-guna, maka misi,tujuan, dan sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan sampai pada akhir tahun adalah : Misi 1.

Tujuan : 1. Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan yang kompeten dan berkualitas. Meningkatkan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan yang terstandar. Meningkatkan anggaran untuk pelayanan kesehatan. Menyediakan fasilitas kesehatan yang terakreditasi. Meningkatkan ketersediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan dengan manajemen pengelolaan obat yang baik dan IF sesuai standar.

Menyelenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan. Pelayanan terstandar bagi masyarakat miskin 8. Peningkatan mutu dan pengendalian biaya JKN 9. Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam upaya perbaikan gizi masyarakat Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak Meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan medis Ambulan Hebat Sasaran : 1.

Meningkatnya kuantitas sumber daya manusia kesehatan melalui rekrutmen. Meningkatnya sarana di fasilitas kesehatan. Meningkatnya prasarana di fasilitas kesehatan Puskesmas, Instalasi Farmasi, dan Laboratorium Kesehatan. Terpenuhinya anggaran kesehatan 6. Terakreditasinya seluruh Puskesmas 7. Terpenuhinya pelayanan laboratorium kesehatan 9.

Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin Terpenuhinya kapitasi berbasis komitmen pelayanan Monitoring mutu dan pengendalian biaya JKN Meningkatnya status gizi masyarakat Terbentuknya Puskesmas sebagai Gizi Center Meningkatkatnya pelayanan rumah gizi Meningkatnya derajat kesehatan ibu Meningkatnya derajat kesehatan anak Terpenuhinya pelayanan kegawatdaruratan kesehatan Misi 2.

Meningkatkan cakupan pelayanan imunisasi dasar 2. Meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat 4. Meningkatkan media promosi kesehatan 5. Pendekatan keluarga sehat 6. Meningkatkan paradigma sehat dengan gerakan masyakrat hidup sehat Germas Sasaran : 1. Meningkatnya penemuan kasus TB 3. Meningkatnya frekuensi penyuluhan kesehatan masyarakat 5. Meningkatnya media promosi kesehatan 6. Terinterfensi kesehatan berbasis resiko dan bina keluarga 7. Meningkatnya kesadaran dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Menciptakan lingkungan sehat. Meningkatkan partisipasi pihak ketiga dan masyarakat dalam mendukung pelayanan kesehatan Sasaran : 1. Meningkatnya pemetaan PHBS dari tingkat tatanan keluarga, tempat-tempat umum dan institusi. Terwujudnya strata PHBS pada tatanan keluarga, tempat-tempat umum dan institusi. Terwujudnya kota sehat swasti saba wistara 4.

Terwujudnya kualitas sarana sanitasi pada masyarakat 6. Meningkatnya peran serta pihak ketiga dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan 7. Terwujudnya pelayanan kesehatan lansia di Poksila Misi 4. Mengembangkan keunggulan teknologi Informasi Tujuan : 1. Menyediakan data dan informasi kesehatan yang berkualitas 2.

Mewujudkan integrasi data kesehatan antara institusi pelayanan kesehatan dan lintas sector terkait 3. Tersedianya data dan informasi kesehatan yang berkualitas 2. Meningkatnya akses terhadap data dan informasi kesehatan 3. Terwujudnya integrasi data kesehatan di sarana pelayanan kesehatan 4. Terwujudnya aplikasi system informasi kesehatan yang berdaya guna dan berkesinambungan. Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program — program kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain.

Tujuan Penyusunan Profil Kesehatan Tahun 1. Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : a. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program — program kesehatan; f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya; g.

Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan ,00 di atas garis pantai. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen 57,55 km2 dan Kecamatan Gunungpati 54,11 km2 , dimana sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Tabel 2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang.

Secara geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah Kota Bawah dan daerah perbukitan Kota Atas. Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.

Gambar 2. Pada tahun kepadatan penduduknya sebesar 4. Bila dilihat menurut Kecamatan terdapat 3 kecamatan yang mempunyai kepadatan di bawah angka rata-rata Semarang, sebagai berikut: Kecamatan Tugu sebesar jiwa per km2 , Kecamatan Mijen 1. Dari ketiga Kecamatan tersebut, dua diantaranya merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sedangkan satu kecamatan lainnya merupakan daerah pengembangan industri. Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi.

Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Candisari Secara umum ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 empat anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada.

Komposisi Penduduk Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Menurut data dari dispendukcapil Kota Semarang Jumlah penduduk tahun sejumlah 1,, jiwa, terdiri dari Indikator dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Kelahiran, Kematian Penduduk Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang dimiliki.

Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat. Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi.

Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Selama periode 10 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode — Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Rumah Sakit Umum : a. Rumah Sakit Swasta 12 12 12 b. Rumah Sakit Umum Daerah 2 2 2 c. Rumah Sakit Umum Pusat 2 2 2 d. Puskesmas , terdiri dari : 37 37 37 a.

Puskesmas Perawatan 11 11 11 b. Puskesmas Non Perawatan 26 26 26 4. Puskesmas Pembantu 35 35 35 5. Puskesmas Keliling 37 37 37 6. Posyandu yang ada 1.

Posyandu Aktif 1. Apotik 9. Laboratorium Kesehatan 30 28 26 Klinik 24 Jam 7 - - Toko Obat 20 23 20 BP Umum Klinik Pratama 83 92 BP Gigi 8 - Dokter Umum Praktek Perorangan 1. Dokter Spesialis Praktek Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal per AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.

Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun sebanyak 32 kasus dari Angka kematian Ibu AKI mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu ,05 per Jika dilihat dari jumlah kematian Ibu, juga terdapat penurunan kasus yaitu 35 kasus pada tahun menjadi 32 kasus di tahun Berikut grafik jumlah kematian ibu tahun — Gambar 3.

Sebagian besar ibu yang meninggal sudah memiliki faktor risiko dengan penyakit yang dideritanya, sedangkan kondisi kehamilan akan semakin menambah berat penyakitnya. Kematian karena preeklamsi dan perdarahan mengalami penurunan jika dibanding tahun Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan perdarahan dan PEB oleh tenaga kesehatan semakin baik. Terdapat kegiatan yang telah dilakukan untuk peningkatan kompetensi petugas untuk pengelolaan perdarahan dan preeklamsi, antara lain pelatihan pemberian MgSO4 baik menggunakan anggaran APBD II ataupun sumber dana lain secara swadaya.

Upaya lain yang telah dilaksanakan adalah terbentuknya Pokja KIA, kerja sama dengan perguruan tinggi dalam pendampingan ibu hamil resiko tinggi. Dilanjutkan pada tahun yaitu dengan merekrut tenaga Gasurkes KIA, dimana semua petugasnya berlatarbelakang pendidikan bidan.

Selain itu juga telah dilakukan kegiatan pendampingan ibu hamil sampai nifas oleh kader kesehatan. Kematian Bayi dan Balita Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, pada tahun jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak dari Jumlah kematian bayi di Kota Semarang terjadi penurunan sejak tahun sampai yaitu berturut-turut kasus kematian bayi pada tahun , kasus kematian bayi pada tahun , kasus kematian bayi pada tahun , kasus kematian bayi pada tahun dan kasus pada AKABA merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.

Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 10,4 per KH. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit. Menurut laporan puskesmas pada tahun di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak Upaya masyarakat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi salah satunya dengan penimbangan bayi dan balita di Posyandu.

Jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak Namun demikian, jika dilihat dari pencapaian target cakupan, selama menunjukkan hasil yang kurang dari target, hal ini dimungkinkan terlalu tinggi dalam penentuan target. Permasalahan gizi yang masih ada adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga yang memnuhi syarat kesehatan m.

Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan bersumberdata masyarakat. Strategi Kebijakan Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 dua belas alternative startegi yang ditetapkan, antara lain 1.

Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar 2. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran aktif masyarakat 4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan 5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program 6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi informasi 7.

Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi khususnya pada kelompok beresiko 8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersarna masyarakat miskin dan rentan. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua pelayanan Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang akuntable, transparan dan berkinerja tinggi.

Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya. Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang Sehat. Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program — program kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain.

Tujuan 1. Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : a. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program — program kesehatan; f.

Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya; g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan ,00 di atas garis pantai.

Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen 57,55 km2 dan Kecamatan Gunungpati 54,11 km2 , dimana sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Tabel 2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah Kota Bawah dan daerah perbukitan Kota Atas.

Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan. Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Pada tahun kepadatan penduduknya sebesar 4.

Bila dilihat menurut Kecamatan terdapat 3 kecamatan yang mempunyai kepadatan di bawah angka rata-rata Semarang, sebagai berikut: Kecamatan Tugu sebesar jiwa per km 2 , Kecamatan Mijen 1. Dari ketiga Kecamatan tersebut, dua diantaranya merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sedangkan satu kecamatan lainnya merupakan daerah pengembangan industri. Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi.

Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 empat anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada.

Komposisi Penduduk Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Menurut data dari dispendukcapil Kota Semarang dari 1.

Indikator dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Kelahiran, Kematian Penduduk Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat.

Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Selama periode 10 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi.

Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode — Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Rumah Sakit Umum : a. Rumah Sakit Swasta 10 12 12 b. Rumah Sakit Umum Daerah 2 2 2 c. Rumah Sakit Umum Pusat 1 2 2 d. Puskesmas , terdiri dari : 37 37 37 a. Puskesmas Perawatan 12 11 11 b. Puskesmas Non Perawatan 25 26 26 4. Puskesmas Pembantu 35 35 35 5.

Puskesmas Keliling 37 37 37 6. Posyandu yang ada 1. Posyandu Aktif 1. Apotik 9. Laboratorium Kesehatan 34 30 28 Klinik 24 Jam 7 7 - Toko Obat 23 20 23 BP Umum Klinik Pratama 80 83 92 BP Gigi 25 8 - Dokter Umum Praktek Perorangan 1.

Dokter Spesialis Praktek Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas 42 hari setelah melahirkan tanpa memperhitungkan lama kehamilan per AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.

Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun sebanyak 35 kasus dari Angka kematian Ibu AKI mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu ,95 per Jika dilihat dari jumlah kematian Ibu, juga terdapat peningkatan yaitu 33 kasus pada tahun menjadi 35 kasus di tahun Berikut grafik jumlah kematian ibu tahun — Gambar 3.

Upaya lain yang telah dilaksanakan adalah terbentuknya Pokja KIA, Perda Keselamatan Ibu dan Anak, kerja sama dengan perguruan tinggi dalam pendampingan ibu hamil resiko tinggi. Awal tahun Dinas Kesehatan Kota Semarang juga sudah merekrut tenaga kesehatan selama setahun untuk pendataan dan pendampingan ibu hamil, yaitu Petugas Surveilans Kesehatan Gasurkes. Selain itu juga telah dilakukan kegiatan pendampingan ibu hamil sampai nifas oleh kader kesehatan.

Kematian Bayi dan Balita Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.

Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, pada tahun jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak dari Jumlah kematian bayi di Kota Semarang terjadi penurunan sejak tahun sampai yaitu berturut-turut kasus kematian bayi pada tahun , kasus kematian bayi pada tahun , kasus kematian bayi pada tahun , kasus kematian bayi pada tahun dan kasus kematian bayi pada tahun AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.

Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit.

Menurut laporan puskesmas pada tahun di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak Upaya masyarakat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi salah satunya dengan penimbangan bayi dan balita di Posyandu. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga apabila ada masalah dalam pertumbuhan dapat terdeteksi sejak dini dan segera ditangani.

Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlahnya cenderung bertambah adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang konsumsi gizi di sebabkan karena sosial ekonomi yang kurang dan pengetahuan tentang gizi yang masih minim.

Sedangkan penyebab infeksi karena lingkungan yang kurang sehat. Berikut tren kasus gizi buruk di Kota Semarang tahun Nusa Indah No. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.

Faringitis akut J02 Hipertenasi esensial primer I10 Gastritis dan duodenitis K29 Diabetes melitus tidak tergantung insulin E11 Gangguan-gangguan otot yang lain M62 Sindrom nyeri kepala lainnya G44 Penyakit Menular a. Hal ini disebabkan karena fakta kualitatif pada lai-laki lebih sering kontak dengan faktor risiko dan kurang peduli terhadap aspek pemeliharaan kesehatan indivifu dibandingakan dengan wanita. Pada grafik 3. AIDS Gambar 3.

Dapat diketahui jumlah kematian akibat AIDS pada tahun mengalami penurunan yaitu 3 orang, dibanding tahun Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun sampai dengan tahun yaitu sebanyak kasus. Pneumonia Gambar 3. Sedangkan menurut jenis kelamin kasus pneumonia Balita di Kota Semarang tahun tampak bahwa kasus pneumoni balita perempuan lebih sedikit dibanding dengan kasus pneumonia balita laki-laki. IR pneumonia pada tahun sebesar per Peningkatan IR pneumonia berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin meningkat, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat.

Cakupan penemuan penderita adalah jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan dibagi dengan jumlah sasaran. Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan MDT sesuai tipe.

Terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi. Pasien dengan cacat tingkat 2 tersebut semua sudah dalam keadaan cacat pada saat berobat di Puskesmas.

Kecacatan sudah dialami pasien lebih dari 6 bulan , sehingga kecacatan sudah bersifat permanen dan tidak memungkinkan dikoreksi dengan menggunakan terapi Prednison, namun dimungkinkan masih bisa dilakukan tindakan rehabilitasi. Diare Gambar 3. Pada tahun total kasus diare sebanyak Grafik 3. Dengan jumlah kasus pada perempuan sebanyak Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung jumlah penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.

Pada tahun IR Incidence Rate sebesar 23 per 1. Penyakit PD3I a. Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah melebihi target, tetapi masih ada masyarakat yang tidak pernah memeriksakan kehamilan dan persalinan ke nakes, melainkan ke dukun.

Difteri Tahun ditemukan 2 penderita kasus difteri dengan 1 orang meninggal dunia. Campak Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun dari hasil laporan mingguan W2 Puskesmas maupun Rumah Sakit mengalami fluktuatif. Pada tahun kasus Campak berjumlah kasus mengalami peningkatan dibanding tahun dan Kasus Campak yang ditemukan merupakan kasus Campak klinis belum dengan pemeriksaan laboratorium.

Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah berjalan cukup baik. Kasus AFP di tahun sebanyak 8 kasus. Hal ini berbeda dibandingkan dengan tahun dimana laki-laki sebanyak 8 kasus dan Perempuan 3 Kasus. Penyakit Bersumber Binatang a. Sedangkan semua kasus berhasil disembuhkan. Vivac, 4, P. IR tertinggi juga pada Tahun yaitu ,7 per Proporsi menurut jenis kelamin pada penderita DBD tidak terlalu signifikan. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan usia balita dan usia sekolah paling dominan.

Proporsi seperti ini berlangsung hampir setiap tahun, sehingga perlu penelitian lebih lanjut apa yang mendasari kelompok umur balita dan anak sekolah selalu lebih dominan dari kelompok umur lain. Jika dilihat pada grafik di atas, pada semester awal penderita DBD Kota Semarang tinggi sekali dan baru mulai teratasi pada semester kedua. Peningkatan dua kali lipat atau lebih terjadi pada Desember ke Januari Untuk jumlah kematian peningkatan dua kali atau lebih terjadi pada April ke Mei Jika dilihat lebih luas maka tingginya kejadian DBD pada Tahun dan terjadi pada peride Januari sampai April.

Kecamatan Mijen merupakan kecamatan dengan kelurahan terbanyak yang tidak ada kasus DBD, yaitu 4 kelurahan. Semarang Tengah yang merupakan Kecamatan di Tengah Kota dengan kepadatan penduduk tinggi memiliki 3 kelurahan tanpa penderita DBD dan Kecamatan Genuk yang sebelumnya menduduki peringkat kedua tertingi di Kota Semarang memiliki dua kelurahan tanpa kejadian DBD.

Incidence Rate DBD per Kelompok usia balita dan anak sekolah masih merupakan kelompok usia dominan dalam hal kematian. Di Tahun tersebut pola curah hujan dan penderita DBD terlihat berbanding lurus. Curah hujan tinggi pada Bulan Februari dan turun terus tinggi sampai dengan april kemudian berangsur angsur turun.

Hal tersebut jelas berhubungan sangat signifikan karena DBD hanya dapat ditularkan melalui nyamuk, sehinga ABJ merupakan salah satu indikator yang paling valid untuk menggambarkan trend DBD. Chikungunya Gambar 3. Rata — rata IR kasus Chikungunya dalam 5 tahun terakhir tahun — adalah 0,61 per Kasus tertinggi terjadi pada tahun dengan IR 1,26 per Sedangkan pada tahun tidak ada laporan kasus Chikungunya.

Dari tahun —, kasus Chikungunya lebih banyak menyerang perempuan, hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan lebih banyak tinggal di rumah dibandingkan dengan laki-laki.



0コメント

  • 1000 / 1000